Latest Entries »

catatan hidup

Setiap hari aku terbangun dari lelap nya tidur dgn sebuah kehidupan baru.Setiap saat dgn dada membusung aku katakan “INI HIDUPKU”, dan karna nya aku tdk ingin orng lain masuk dan mencampuri nya,aku mau bebas nglakuin apa aja yg aku mau,aku ingin melakukan apa aja yg aku suka,karna ini adalah hidupku sendiri.Tnp pernah menyadari kalau hidupku ternyata bukan hanya milikku sendiri..

Hidupku adalah milik TUHAN ku DIA yg menciptakan ku menyulam ku menjadi janin mungil dlm rahim ibu ku,meniupkan nafas pd hidungku,mengalirkan darah pd pembuluhku dan karna akhir nya aku akn kembali kepangkuan-NYA

Hidupku adalah milik IBU ku karena dia tlh mengandung,melahirkan dan menyusuiku.Dia mengisi hati ku dgn cinta dan menampung air mata ku dgn tgn suci nya dan dia berjanji berjln bersama ku smp akhir hayat nya

Hidupku adalah milik AYAH ku karena dia menjaga dan melindungi ku sejak kanak2 ku.Dia membuat ku bisa hidup dan berkembang dgn pengorbanan.Dia tdk bs slalu ada di dekat ku tp dia berjanji slalu ada untuk mengangkat ku saat ku terjatuh

Hidupku adalah milik SAUDARA-SAUDARI ku dan SAHABAT2 ku,karena mereka mencintaiku seolah aku adalah bagian dari tubuhnya. mereka yg menanyakan kbr ku mereka yg tersenyum padaku,mereka yg mau menampung bebanku,mereka yg menepuk pundakku,mereka yg bahagia dgn ku,mereka yg menertawai kebodohan ku,mereka yg mengharapkan kehadiranku,mereka yg berjalan disampingku,mereka yg mengatakan aku mencintaimu.kesedihanku akan menjadi hari ter suram bagi mereka dan kegembiraan ku akan menjadi penambah semangat bagi mereka

Sampai saat ini aku masih selalu mengingat dan mengenang kisah itu.pertemuanku dengan erlini dan perhatiannya yang selalu membuat aku bersemangat bahwa ada seorang gadis,seorang sahabat yang begitu peduli dan penuh dengan perhatian.apa yang aku peroleh selama bergaul dengan cewek itu adalah kepercayaan diri untuk selalu berharap akan ada sesuatu yang baik daripada sekedar keraguan,ketidakberdayaan.dari keterpincangan dan keputusasaan. Bahwa akan ada jalan lain daripada sekedar meratapi apa yang seharusnya tak perlu terjadi.
Waktupun terus bergulir tanpa mampu aku hambat lajunya.dan seiring bergulirnya waktu,kata cintapun terucap dari bibirku.sebuah rasa yang awalnya aku pendam.
“Apa aku salah?” tanyaku suatu hari.
“Sama sekali ngga. Tapi…,
“Kamu ngga suka?”
“Bukan,”
“Lantas apa?”
Erlini menatapku dengan sendu.entah apa yang berkecamuk dalam hatinya.tak dapat aku terka,yang jelas saat itu pikiranku mulai tak menentu,karma sebenarnya aku tak ingin membuat dia terbingung bingung dengan pengakuanku itu.
“Puisi yang kamu berikan teramat indah,Yan. Aku suka.” Erlini berkata dengan jujur.sementara aku tak sabar dan gelisah menunggu jawab darinya.
“berkatalah jujur, lini. Aku siap menerima apapun jawaban yang kamu berikan.aku percaya kamu gadis yang terbuka.itulah yang mengesankanku selama mengenalmu.”
Erlini tertunduk.aku dapat melihat dengan jelas kebimbangan,ketidak kuasaan serta kecemasan dalam dirinya.
“Baiklah, lini.aku ngga kuasa mendesakmu dengan jawaban itu.”
“Yan.., kamu teramat baik,” erlini meraih tanganku. “Tapi aku sudah mempunyai seseorang yang mengisi hatiku.”
“Kamu mencintainya?” tanyaku serak.
Sebenarnya jawaban itu sudah pasti. Tapi ,kenapa aku tetap menanyakannya? Aku merasa sangat bodoh berdiri lama lama serta dengan tatap mata terasa mulai basah.aku tak kuasa membendungnya meski dengan sapu tangan.terlebih dengan kata.hatiku giris penuh dengan rasa putus asa dan kehilangan yang tiba tiba menyergap.bahwa gadis yang selama ini aku kagumi.gadis yang selalu membuatku terjaga,dan yang selalu menerbitkan rindu. Ahh..,Dia telah punya seorang kekasih dan itu berarti aku harus melupakannya.melupakan untuk selalu dapat meraih jemarinya dan memeluknya erat.
“Aku harus berangkat kebandung,” ucapku suatu hari.
“Haruskah?”
“Ya, jaga diri baik baik.dan ingat apa yang pernah aku ceritakan.”
“Kamu marah, Yan?”
“Ngga,”
“Kamu akan melupakanku?”
“Itu hal yang bodoh.aku akan selalu mengingatmu.dan aku percaya anto akan selalu menjagamu.”

Itu terakhir kali aku bertemu dengannya.namun segala kenangan tentangnya,tak kuasa aku lupakan,terlebih dengan manik matanya yang menyejukan.sampai saat ini.. yah..sampai saat ini aku masih selalu mengenangnya,mengingatnya. Selalu……
“kalau begitu apa dong?”
“Saling mengingatkan.”
“Tanpa marah dan tersinggung?”
“Ya tepat,itu harus !. aku mengamit mesra jemari erlini.mengajaknya jalan dalam keremangan lampu mercuri sebuah plaza.malam itu kita berdua berikrar mengucap janji.akan selalu ada senyum disetiap masalah. Bintang dan bulan sealis perawan,saat itu menjadi bahan pembicaraan yang mengasyikan.
“Lini..,lihat bulannya bagus sekali.”
“Aku ngga tertarik,”
“Kenapa?”
“Terlalu jauh untuk kurengkuh.”
Aku memperlambat langkah.pikiranku, kenapa nada bicaranya mendadak berubah sinis seperti itu.ada apa dengan lini?.
“Bukan untuk direngkuh,tetapi untuk dipandang dan dinikmati keindahan yang disajikannya itu.”
“Sama saja,”
“Beda.”
“sama..,”
“Be…., Ah ! hampir saja lini terantuk marka pembatas jalan,kalau saja tanganku tak merengkuhnya dalam pelukan.
“Kamu sih !”
Aku hanya tersenyum melihat tingkah sebal manja itu.sepanjang koridor plaza kita asyik bercengkrama.seakan tak lelah dan menjadi kenangan yang paling mengasyikan dan menarik..semua itu selalu kukenang sampai saat ini.
Satu harapan aku dapat bertemu kembali dengan erlini.bukan untuk sebuah cinta yang nyata sekali telah usang.tapi aku ingin kembali memperbaiki alur cerita persahabatan yang terasa mulai rusak.sebuah persahabatan yang dulu pernah tercipta ribuan detik.tapi apa aku masih mampu menatap gadis itu?. Dia sosok yang telah memberi warna dalam hidupku sekaligus menodai dan memudarkan warna itu.dia sosok gadis yg telah menghancurkan harapanku,yang telah menggores perih dalam hatiku.malam yang awalnya indah,telah dia ubah menjadi malam yang kelam,tanpa bintang dan rembulan.yang ada hanyalah mega yang berarak serta sepi yang semakin mengusik.

“Boleh aku duduk?” aku lihat erlini tersentak takjub.
“Yan…,”
“Dari tadi aku perhatikan, kamu hanya diam seorang diri tanpa ada yang menemani.”
“Jahat kamu?!”
“Tapi ngga sejahat teroris kan?”
“Sejahat guru bahasa kita dulu….,”
Ahh, selalu ada canda,gurauan yang dulu menghias hari hariku. Tapi, saat ini ada sedikit perbedaan.erlini yang sekarang bukan erlini yang dulu lagi,erlini yg sekarang telah menjadi milik sahabatku.sesuatu yang tidak pernah aku sangka dan aku duga.
“Kapan kamu datang, Yan?”
“Beberapa jam yang lalu.” Jawabku pelan.
“sendiri?” aku hanya mengedipkan bahu sambil tersenyum.pertannyaan itu menyindir atau dia hanya menghibur hatiku?atau ada sesuatu yang etrsimpan dibalik hatinya? Erlini..,kamu telah banyak berubah.
“Aku akan selalu sendiri, Lini.” Ucapku kemudian.
“Ah masa, cewek2 bandung kan cakep cakep.”
Aku tersipu mendengarnya.suasana saat itu seakan dua kutub yang tidak seimbang,dua kutub yang berbeda.
“O..iya, gmana kabar Anto?” tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan.aku lihat erlini tersentak.
“Baik..”
“Cuma itu?” aku tak puas dengan jawaban dingin.aku lihat erlini diam tertunduk.seakan dia tak kuasa mendengar dan menjawab pertanyaanku.sekian detik erlini terdiam.
“Ada apa?” tanyaku lembut.
Erlini menggeleng giras.wajahnya nampak sendu dengan air mata yang merembes membasahi pipinya.aku tak bisa mengecewakan orang yang selama ini menjadi buang rinduku.gadis pemilik mata bening,adalah masa lalu yang selalu akan aku kenang.karena bersamanya telah tercipta banyak kenangan manis yang tidak akan mudah terhapus begitu saja.walau saat ini aku akui,rasa cinta yang dulu telah mampu aku lupakan dan aku buang.sekarang yang saat ini menjadi keinginanku adalah mengulang kembali persahabatan yang dulu pernah tercipta penuh warna.dan kalaupun sekarang aku bertemu kembali dengannya itu karena waktu yang memberiku kesempatan.itu karena puisi yang membuatku tersekat.saat itu aku memang pernah memberinya sebuah puisi.tapi itu hanyalah puisi yang biasa biasa saja.tapi kenapa dia membalasnya dengan puisi yang membuatku terjaga?
Erlini..,Gadis itu tanpa aku sadari telah memberiku jawaban dengan untai kata yang penuh kebimbangan.sebuah kebimbangan yang pada awalnya tidak pernah aku duga dan aku sangka.hingga pada akhirnya aku dapat mengartikan semua itu.

Aku Kangen

aku kangen
hingga mimpiku
bertabur tentang mu
hingga nafasku
tercium tentang mu

singgahlah sesaat
meskipun dosa itu
harus ku tebus
singgahlah sesaat
walapun hati ini
harus ku lukai

aku kangen
hingga langkahku
tertambat akan mu
hingga hariku
ingin akhiri bersama mu

“Datanglah kejakarta kawan.aku butuh bantuanmu.”
Pesan singkat di sms itu aku baca berulang ulang.dan selalu kupastikan sahabatku dalam keadaan baik baik saja.seperti dulu. Dmana aku kalah bersaing dan melepas erlini dalam pelukannya.dan bukan sesuatu yang mudah untuk menerimanya.menerima kekalahan itu butuh keberanian dan harga diri untuk berkata jujur,bahwa erlini tak mencintaiku dan memilih anto sebagai kekasihnya.saat itu yang kuperbuat hanya diam.bukan berarti marah, aku hanya berusaha menenangkan hati agar tidak terjadi amarah yang merugikan.
Rasanya sudah cukup aku bermain dengan angan dan kenangan itu.bagiku tak lebih hanya sebuah nostalgia yang membuatku terantuk waktu.sebab biar bagaimanapun juga erlini telah memilih anto sebagai kekasihnya.dan kalaupun kali ini aku akan menemui cowok itu.itu semata karena persahabatan yang telah lama terbina.
“Masuk aja kekamarnya?” seseorang mempersilahkanku dengan tak acuh.tetapi aku yakin kalau orang tersebut masih kerabatnya anto.lalu denga sedikit ragu aku masuki rumah besar bercat putih itu.berbelok dari ruang tamu aku mengarah ke pavilion.lalu menjorok kepinggir lewat kolam kecil.aku benar benar takjub dengan kemewahan rumah itu. Tapi, saying sekali rumah yang besar dengan penghuni yang sepi.kamar anto benar benar menjauh dari ruang keluarga.
Aku memasuki kamar itu dan aku sempat melihat gambar temple yang memadati daun pintu. Entah ada berapa banyak?aku tak sempat untuk menghitungnya.jjangankan untuk menghitungnya,melihatnya pun aku sudah merasa lelah.
“Masuk,Yan?”
“Apa kabar, anto?” sapaku sambil melangkah masuk.
“Beginilah keadaanku, Yan.menunggumu datang dari hari hari kemarin.” Sebuah suara lemah terdengar keluar dari kering bibirnya.inikah anto?sahabatku yang dulu aku kenal sangat periang dan penuh semangat.tapi kini berwajah murung dan pucat.cekung tanpa air muka gairah..tatapannya hampa,aku tak bisa membiarkan sahabatku bangun dari tempat tidurnya.
“Berbaring saja, kamu kelihatannya letih.” Aku membuka jendela kamarnya yang entah sudah berapa lama tak membiarkan semilir angina masuk serta sorot sinar matahari pagi.
“Kamu sudah bertemu erlini?” tanyanya lemah.aku menoleh,duduk dekat sebuah dvd player dengan kepingan kaset kaset metalnya yang berserakan.
“Sudah..,” jawabku pelan.
“Bagaimana keadaannya?”
“Baik, tapi . aku sangsi kalau ngga ada sesuatu yang mengganggu jiwanya.karena aku merasa ada keanehan dalam dirinya.”
“Yan. Sudah lama sakitku ini menemani hari hariku.” Papar anto.
“Kenapa kamu tidak memberitahuku jauh jauh hari sebelumnya?”
“Aku tak mungkin melakukannya.dan kalaupun saat ini aku memberitahukanmu itu karena keadaan yang memaksaku.”
“Apa yang kamu rasakan?”
“Entahlah, yan.aku merasa sudah sangat menderita dengan keadaan ini. Dambaanku erlini, tapi. Aku telah mengecewakannya.dan keadaan ini bukanlah sesuatu yang mudah aku hadapi.”
“Kamu sudah berobat?”
“Yah..,bahkan aku sempat menjadi penghuni panti rehabilitasi.”
“Jadi bagaimana selanjutnya?”
“Aku sudah teramat lama berengsek.penyakit ini rasanya sangat sulit untuk dibuang.dan aku merasa sudah tak sanggup untuk terus berbohong terhadapnya. Aku tak sanggup,yan.”
“Tapi,bukankah sebenrnya dia sudah tau?”
“Iya,”
“Terus bagaimana reaksinya?”
“Sepertinya dia tidak mampu mnerima kenyatan ini.”

Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya kuat kuat.aku merasa buntu dengan persoalan ini.rasa bimbang mulai menyergapku.keduanya adalah orang yang dekat denganku. Sangat dekat.entah apa yang harus aku lakukan?aku sungguh kebingungan. Erlini ataupun anto,keduanya orang yang pernah bersemayam dihatiku.keduanya adalah sahabat terbaikku.walaupun saat ini ada sedikit jarak menuju arah itu,namun aku senantiasa berusaha terus menumbuhkan kembali kepercayaan diriku.aku mencoba menepis semua yang pernah mengubah semua itu. Bagiku hal itu adalah sesuatu yang pantas aku lakukan.walau sebenarnya aku rapuh,aku harus tetap nampak kelihatan tegar di hadapan mereka.karena memang sebenarnya hatiku masih menyimpan kepedihan.yang kerap mengganggu hari hariku.

“Selama ini aku selalu berusaha untuk menjadi kamu di mata erlini.tetapi tetap saja aku tidak mampu melakukannya.aku selalu gagal.sementara erlini berharap aku akan lebih baik dari kamu.” Anto berusaha bangun dan menyandarkan tubuhnya pada bantal.menatap lekat diriku yang sesaat membisu.
“aku tetap ngga bisa membahagiakan erlini.” Sambungnya lagi.
“Tapi,dia mencintaimu,”
“Kalaupun benar begitu,apakah aku mampu dengan banyak persoalan?”
“Kamu jangan putus asa seperti itu.”
“Yan, keluargaku yang porak poranda,kesehatanku yang semakin memburuk,serta masih banyak lagi persoalan yang membuatku hancur.apa menurutmu itu sebuah keputusasaan?”
“Aku yakin erlini akan mengerti. Erlini akan berusaha memahami.dan itu akan membuatmu yakin,bahwa Erlini masih tetap dan akan selalu ada untukmu.”
“Jangan menghiburku dengan kata kata seperti itu,”
“Bukan menghibur, aku hanya mau kamu bisa berusaha untuk bangkit dari keterpurukan ini.dan aku yakin kamu pasti bisa.aku sangat mengenalmu kawan.”
“Aku sudah berusaha,”
“Berusaha lebih keras lagi,karena yang saat ini kalian berdua butuhkan adalah saling memahami perasaan masing masing.dan dapat menempatkan sesuatu dengan wajar sesuai tempat dan porsinya.”
“Aku sudah tidak sanggup,”
“Cobalah lagi?demi erlini,itupun kalau benar kamu mencintainya.”
“Yan, aku mengundangmu kesini bukan untuk perdebatan seperti ini.tetapi ada hal yang lebih penting yang ingin aku bicarakan denganmu.”
“Tentang apa?”
“Erlini..,”
“Bukankah dari tadi kita sedang membicarakan dia?”
“Lebih dari itu,yan.”
“Maksudmu?” aku tak mengerti dengan ucapannya itu.
“Aku minta sama kamu untuk menjaga erlini baik baik,kamu lebih berhak atas dirinya.”
“Jangan ngawur, anto…!.
“Demi aku, Yan.”
“Aku ngga bisa.” Aku mungkin tak akan menolak kalau hanya sekedar menganggapnya sebagai sahabat seperti dulu lagi.tapi untuk mengambil alih erlini dari tangan anto,itu adalah suatu hal yang sangat mustahil aku lakukan.
Setelah pembicaraan yang meletihkan itu aku baru menyadari bahwa puisi terahir yang diterima erlini adalah perbuatan anto yang sengaja memakai namaku.sehingga erlini membalasnya dengan puisi yang membuatku tersekat.pantas erlini pernah memberiku pujian karena menurutnya puisi itu sangatlah bagus.lebih bagus dari puisi yang pertama.saat itu aku sangatlah terkejut karena aku tak pernah lagi memberinya lagi puisi setelah puisi pertama yang aku berikan.
“Aku berusaha membahagiakan erlini seperti kamu membahagiakannya,tapi situasinya berbeda.dan aku tetap saja merasa tidak mampu menyamai kamu.”
Begitupun dengan rindu.anto banyak bercerita tentang kenangan dan rasa kangen erlini.dan itu membuatku muak..!.

Rencana satu minggu aku akan berada di Jakarta terpaksa aku urungkan.empat hari cukup bagiku bergelut dengan keadaan ini.aku tidak bisa membiarkan diriku masuk terlalu jauh dengan persoalan yang sedang dihadapi erlini dan juga anto.biarlah mereka berdua menyelesaikannya dengan cara mereka sendiri tanpa harus campur tanganku.
“Kamu mau pulang sekarang,Yan?” Tanya erlini.
“Iya..,”
“Kenapa,Yan? Bukankah kamu bilang kamu akan tinggal selama seminggu?”
“Maaf, erlini. Sepertinya kamu dengan anto harus bisa menyelesaikan masalah kalian berdua tanpa ada pengaruh atau campurtanganku.selesaikan dengan bijaksana.aku tau siapa kalian berdua,kalian adalah sahabat sahabat terbaikku.”
“Tapi, Yan. Aku buth kamu disini.”
“Sudahlah, Lini..,”
“Tolong,Yan..?”
“Kabari aku kalau ada apa apa.” Ucapku sambil melangkah berlalu dari hadapannya.sungguh aku tidak sanggup berlama lama bertatapan dengan matanya.aku sangat mengenal tatapan itu.dan itu sungguh membuatku giris,sesak serta pilu.
Sesuatu yang sudah menjadi kenangan,biarlah tetap menjadi kenangan yang akan senantiasa mengingatkan kita kembali akan hari hari yang pernah kita jejaki.bisikku lirih dalam hati.didalam bis…,aku merogoh saku jaketku dan tanganku meraih secarik kertas.
“Yan..,beri aku kesempatan untuk bisa mencintai kamu dan menjadi gadis terbaik untukmu”

Dengan giras,kuremas dan kulempar kejalanan.biarlah angin dan alam yang membacanya.dan menjadi sebuah puisi kepergianku. aku sudah tak mampu lagi bermain dengan perasaan ini.biarlah ini menjadi bagian hidupku yang akan selalu mengingatkanku kembali akan sebuah cinta…

Bertanya hati ini, sedemikian rapuhkan aku.

Titik titik kecil yang kuyakini harapan,

Menyebar menjadi debu.

 

Mungkin ini jawaban dari kondisi dan keadaan.

Kurang bersahabatnya aku dengan waktu.

Tak mengenali musim dihadapanku ini.

Aku lelah terhimpit dalam sesak…

 

Teriakanku dari lantang menjadi jeritan tanpa suara.

Semangatku berlari menerjang melompat,

Mungkin tlahlah habis…

 

Dulu aku terbiasa menulis menggoreskan semua asa dan rasa.

Kini Jemari terasa lemas tak mampu menyangga pena.

Lagi lagi pena terjatuh seiring robohnya aku.

Lantai dingin menjadi alasnya.

tubuh dan penaku…

 

Mungkin tlah tiba waktuku menghentikan pelayaranku.

Berhenti dan menepi didermaga keabadian.

Mengabaikan resah gelisah ombak…

 

mungkin ini ahir dari perjalananku yang kan aku tutup,

Dengan sebuah kematian….

 

Dalam desiran puisi angin,

Kucoba uraikan satu kalimat jika ini memang terahir.

Maafkan aku yang tak pernah berarti…